Suka saja ada yang berkomentar pada tulisanku yang kubagikan
entah lewat omongan atau melalui halaman media sosial. Tapi malah mencari
pembenaran jika komentanya jauh dari harpan. Aku terus saja berusaha menjadi
seperti dia, dia, dia, dan dia yang banyak disana. Begitu mudahnya mereka
menulis seakan akan dia, dia, dia, dan dia jika menulis satu kata saja
dipandang indahnya minta mpun. Aku? Mana bisa? Pernah suatu siang kubacakan
tulisanku “sajak media” kepada mereka yang sudah ada di blog pribadiku pun aku
masih menyuntingnya seketika itu juga. Bagaimana tidak, saat kubacakan, dua
baris sebelum selesai kumenyadari tulisanku begitu wagu. Ah asu. Sadarkan aku
bahwa aku hanyalah sok penulis biar dikira punya karya. Tak semudah menulis
seperti dia, dia, dia, dan dia. Wagu akhirnya menjadi rahasia, salah menjadi
indah, dan kekeliruan jeda menjadi istimewa. Percuma jika ini kuteruskan, aku
tak tahu menahu apa itu tulisan yang bagus sehingga dia, dia, dia, dan dia bisa
menjadi dia, dia, dia, dan dia.
Semarang, 31 oktober 2016
Arogenji